ayuutami
ANTARA ADA DAN
TIADA
Karya:
Ayu Utami XB
Terbangun
dari mimpi buruk. Dinginnya malam seakan menusuk tulangku. Derasnya hujan,
kencangnya angin yang berhembus serta glegaran suara petir menambah rasa ketakutanku.
Termenug memikirkan mimpi itu, sebuah mimpi yang sangat menakutkan.
Sampai-sampai tidak aku sadari waktu sudah menunjukan pukul 03.00 pagi itu
tandanya sebentar lagi sang fajar akan memancarkan sinarnya. Ku tarik kembali selimutku dan segera aku pejamkan mata. Berusaha untuk memejamkan mata yang
sudah sempat terpejam itu tidaklah mudah bagiku.” Siapa juga yang mau harus membersihkan toilet untuk yang
kedua kalinya gara-gara terlambat datang
ke sekolah. Lagi pula tadi itu hanya mimpi.” Ucapku dalam hati.
Seperti
biasa, sepulang sekolah aku selalu menunggu ayah di depan pintu gerbang Tapi
kali ini aku sudah lama menunggu, Ayah belum datang juga. Beberapa kali aku
coba hubungi ponselnya namun tidak ada jawaban, smsku pun tidak dibalasnya. Menunggu
itu memang sangatlah membosankan. Sampai-sampai saking kesalnya aku tidak
sengaja menendang sebuah kaleng bekas minuman, dan ternyata kaleng itu tepat
mengenai wajah seorang lelaki di seberang sana. Oh my God, betapa malunya aku. Secepat
kilat aku berlari mencoba menghampirinya. “Maaf ya aku tidak sengaja.” Ucapku
memelas. Begitu dia mengangkat wajahnya, mungkinkah aku sedang bermimpi bertemu
dengan justin bieber? Dia tampan sekali
gaya rambut dan wajahnya mirip sekali
dengan penyanyi idolaku, Justin Bieber. Dalam hati aku bertanya-tanya sungguh
tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Aneh, bukannya memarahiku dia malah tersenyum. “Iya tidak
apa-apa kok, mungkin tadi salahku juga tadi kurang memperhatikan”. Jawabnya
dengan suara lembut. Mataku sampai-sampai tak berkedip memandangi wajahnya.
“kamu febby kan?”tanyanya ingin tahu “ Ehh, iya aku Febby”. Darimana kamu tahu
namaku? Tanya ku penasaran.“Sudahlah itu tidak penting, sebenarnya aku sudah
lama memperhatikanmu.”ucapnya sambil menatapku. Wajahku mulai memerah aku kaget
sekali mendengar ucapannya itu.” Benarkah,tapi rasanya aku baru pertama kali
ini melihatmu.”ucapku bingung “Iya memang benar, tapi tidak denganku.” Dia
tersenyum lagi padaku.” Oh ya, namaku Gray,aku
bersekolah di SMA Harapan Bangsa. Senang bisa bertemu langsung denganmu.” Mengulurkan
tangannya. “ Aku juga senang bisa bertemu denganmu.” Ucapku dengan malu.
“Febby
ayo kita pulang,” panggil ayahku. “Iya ayah, tunngu sebentar.” Jawabku. “Gray
maaf aku harus pulang.”kataku. “ Hati
–hati di jalan febb, aku harap kapan-kapan kita bisa bertemu lagi.”melambaikan
tangannya “Tentu.” Jawabku lagi sambil berlari
menghampiri ayah yang sudah menungguku. Sungguh tidak pernah ku duga sebelumnya
bisa bertemu dengan seseorang yang mirip tokoh idolaku. Semenjak pertemuan singkat itu, entah kenapa aku
jadi sering memikirkannya. Dan akhirnya kami berdua sering menghabiskan waktu
bersama. Aku selalu merasa nyaman bila berada di dekatnya.
Belakangan ini Gray sering menungguku saat
pulang sekolah, dia juga sering mengajakku jalan-jalan. Kali ini dia membawaku
ke suatu tempat yang sangat indah. Sebuah taman bunga. Tempatnya memang tidak
terlalu jauh dari rumahku, tapi baru kali ini aku mengunjunginya. Saat aku
sedang asyik-asyiknya menikmati keindahan taman itu, tiba-tiba Gray menggenggam
tanganku dan berkata “ Febby, maukah kamu menjadi pacarku?’’ tak pernah sedikitpun terlintas di benakku
kata-kata itu terlontar dari mulutnya. Betapa bahagianya hatiku saat dia
ucapkan kata indah itu. tanpa pikir panjang aku langsung menganggukan kepala.
Seketika dia medekap erat tubuhku, aku terhanyut dalam pelukannya sampai-sampai
tidak kami sadari hari sudah semakin gelap. Sang surya mulai tenggelam di ufuk
barat. Kemudian Gray pun mengantarku pulang ke rumah.
Tidak
terasa waktu berjalan begitu cepat. Hampir satu bulan sudah lamanya kami
menjalin hubungan. Hari-hariku terasa semakin berwarna semenjak kehadirannya. Entah kenapa setiap aku ingin
memeperkenalkannya kepada teman atau orang tuaku dia tidak pernah mau. Berbagai macam alasan yang tidak jelas selalu
terucap dari mulutnya. Dan dia juga tidak pernah mau menceritakan tentang orang
tuanya, rumahnya pun aku tidak tahu, karena dia tidak pernah mau memberitahuku.
Sering kali aku dibuat kaget oleh kedatangannya yang tiba-tiba. Meskipun
demikian aku tetap mencintainya. Dialah cinta pertamaku dan dialah yang selalu
membuatku tersenyum. Siang ini matahari terasa sangat terik, rasanya tubuhku
hampir terbakar. Gray terihat baru keluar dari pintu gerbang sekolahya,
untungnya sekolah kami bersebrangan. Ketika aku hendak ingin menghampirinya
tiba-tiba “duuaaaarr......... !!!!”
Ketika
aku terbangun dan membuka mata rasanya kepalaku pusing sekali dan ada lilitan
perban melingkar di kepalaku. Ayah, ibu dan teman-temanku menatapku dengan
cemas. “Ada dimana aku?”aku bertanya. “Kamu ada di rumah sakit sayang. Tadi
saat pulang sekolah ketika kamu mau menyebrang kamu tertabrak truk .untunglah lukamu tidak
terlalu parah. Apa kamu tidak ingat?” jawab ibu cemas. Aku berusaha
mengingatnya, tapi aku hanya mengingat gray diseberang jalan, lalu aku menghampirinya dan setelah itu aku tidak
ingat lagi. “Gray dimana dia, kenapa dia tidak menemuiku, Apa kalian melihat
gray?” Aku bertanya pada teman-temanku. Mereka semua menggelengkan kepala. “Aku
tidak yakin dia itu ada.” Jawab Sissy.
“Apa maksudmu?” tanyaku dengan wajah kebingungan. “Lihat ini!” dia menyodorkan
sebuah hendicam. Disana terlihat aku saat pulang sekolah, aku berjalan sambil
berbicara sendiri seperti orang gila. “Dimana Gray, kenapa dia tidak terlihat?”
Aku kembali beranya. Tak ada satu pun yang menjawab pertanyaanku. Tubuhku
terasa semakin lemas, rasa tak percaya dengan semua ini rasanya sungguh tidak
masuk akal, jelas-jelas aku berjalan bersama Gray, tapi kenapa dia tidak ada?”pikirku
berjuta tanya “Bagaimana besok setelah kamu sembuh kita cari tahu lagi
tentangnya, kita datangi sekolahnya. Istirahatlah, mungkin juga handicamku yang
rusak.” Jawab sisi. “Iya sayang, benar kata temanmu.” Jelas ibu berusaha
meyakinkanku.
Setelah
dua hari dirawat di rumah sakit kini senang rasanya bisa kembali pulang ke
rumah. Seperti janjinya, aku meminta
Sissy untuk mencari tahu tentang keberadaan Gray. Sesunggunya kondisiku belum
sepenuhnya puluh kembali, demi mencari gray ini harus aku lakukan. Setealah
beberapa saat mencarinya dan kami juga sudah menanyakan langsung kepada
guru-guru di SMA Harapan Bangsa tidak ada satu pun siswanya yang bernama Andi Gray.
Mereka bahkan memperlihatkan semua data-data siswa yang bersekolah disana,
memang benar tak ada satu orang pun yang bernama Andi Gray. Rasanya semua ini
mustahil, ini sungguh gila. Manamungkin dia tidak ada? Air mataku mulai menetes
dan kepala ku rasanya mulai pusing. Tak
sanggup rasanya aku menghadapi semua kenyataan pahit ini.
Sudah seharian aku mengurung diri di kamar.
Aku berharap semua ini hanyalah mimpi
burukku dan ketika aku terbangun semuanya masih baik-baik saja, Gray pacarku
masih selalu ada untukku. Air mataku tak henti-hentinya mengalir.Aku merasa kehilangan
separuh dari jiwaku, dia yang mengajari aku apa itu cinta, dia yang selalu di
saatku suka maupun duka. Wajahnya yang selalu menyejukan hati, senyuman
manisnya dan tatapan matanya yang penuh cinta selalu membayangiku. Mengapa aku
bisa melihatnya, sedangkan orang lain tidak. Bagiku dia ada, meskipun bagi
orang lain dia itu tidak pernah ada. Antara ada dan tiada, itulah dirinya.
Sekarang dia pergi disaat aku sudah sangat teramat mencintinya, aku selalu berharap
dia akan kembali padaku, tapi sampai kapan aku harus berharap?
Hari
demi hari telah ku lalui tanpa dirinya, meski perih hati ini masih sangat
terasa.tidak mungkin juga aku selama-lamanya menangisi kepergiannya. Inilah
kenyataan yang harus aku jalani, meski berat hati ini melepasnya. Mencoba
bangkit dari keterpurukan itu memanglah tidak mudah, namun seiring dengan
berjalannya waktu aku yakin keceriaan itu pasti akan kembali padaku. Cinta
memanglah tidak harus saling memiliki. Kan ku ikhlaskan semuanya, aku harap
kini dia sudah tenang di alamnya. Semua kenangan indah itu akan selalu
tersimpan dan tetap terukir di hatiku.
SELESAI